Senin, 29 Februari 2016

Menikmati hamparan gedung - gedung pencakar langit di Jakarta di atas ketinggian

   Terlalu sering mengamati hamparan hutan pinus dari ketinggian, kali ini saya akan berbagi pengalaman menikmati hamparan hutan beton / gedung yang ada di Jakarta yang tak kalah menakjubkan. Jika di gunung kita cukup menguras tenaga berjalan selangkah demi selangkah menuju puncak sambil membawa peralatan dan perbekalan untuk beberapa hari, menikmati ketinggian di atas gedung kita cukup membawa secangkir kopi dan tekan tombol lift saja. hehe...


   Jakarta yang menurut kebanyakan orang sumpek, macet , banjir dan lain sebagainya , tetap saja menjadi salah satu tujuan kaum urban untuk mengadu nasib di Jakarta.
Untuk mengusir kepenatan bekerja seharian, Jakarta menyediakan berbagai tempat hiburan. Tetapi  saat ini ada beberapa tempat hiburan yang menyuguhkan konsep yang berbeda, seperti lounge / restoran yang  berada di atas  gedung / roof top. Tempat hiburan seperti ini menyediakan makanan dan minuman sekaligus menyuguhkan pemandangan citylandscape jakarta di atas ketinggian.  Saat ini sudah banyak menyediakannya fasilitas seperti ini, contohnya : The edge, la vue, The awan, cloud lounge dan lain sebagainya. Tapi itu agak cukup merogoh kocek lumayan, tapi kalo mau menghilangkan rasa penasaran' boleh lah di coba.
Ada sih yang free yaitu dari atas helipad :)  paling kita minta ijin sama pengelola gedung / security yang bertugas. Kalo saya sih sekalian nguli menikmatinya, jadi jika masuk pagi nikmatin sunrise, jika masuk siang nikmatin sunset.
Nih penampakannya :)


Gunung gede dan Gunung salak menjadi background ibu kota
   Lumayan bagus kan ! tak ada salahnya sesekali mencobanya dari atas / roof top yang ada di gedung tempat kerja. Menikmati pancangan gedung - gedung pencakar langit dari atas ketinggian mempunyai sensasi berbeda. Selamat mencoba dan jangan lupa hati - hati.





Minggu, 28 Februari 2016

The beauty of MERBABU


    Salah satu gunung yang harus ada di daftar list kalian para pendaki gunung di Indonesia adalah " Gunung Merbabu ", karena di setiap perjalanannya kita akan menemui pemandangan - pemandangan indah yang memanjakan mata hingga ke puncak.

  Gunung Merbabu terletak diantara kabupaten Semarang, Boyolali, Magelang dan Salatiga Propisi Jawa Tengah memiliki puncak tertinggi di puncak kenteng songo 3.145 Mdpl (10.630 kaki). Gunung ini juga di kenal sebagai gunung tidur, juga memiliki 5 buah kawah : Kawah condrodimuko, kawah kendang, kawah kombang, kawah rebab dan kawah sambernyowo. 
Gunung merbabu dapat di daki dari : Thekelan, cunthel, wekas, selo, dan yang saat ini mulai ramai dari suwanting. Tapi kisah perjalanan saya di gunung ini start dari selo dan turun di wekas.

Perjalanan kali ini bersama 2 orang teman : Fiki dan Deri, bagi saya ini pendakian yang kesekian, tapi bagi mereka memang bukan pertama camping, tetapi jika tujuan puncak gunung mereka ini perjalanan pertama. Rencananya juga tidak di paningkan secara matang alias bisa di bilang dadakan. Kurang lebih 2 mingguan lah  sebelum keberangkatan tujuan ke Gunung Merbabu ini di putuskan.
kiri - kanan  : Deri - Fiki - Saya
Transportasi 


Karena prepare yang kurang, mestinya kita naik kereta ke semarang, semua sudah fuel boked. Tiket kereta yang kami dapat hanya untuk tujuan satu stasiun sebelum stasiun jogja ( lupa nama stasiunnya ), akhirnya pilihan stasiun tersebut kita ambil.  Yang ada di benak saya waktu itu  dimanapun turun yang jelas berpatokan terminal Boyolali lalu naik mini bus ke selo / jalur pendakian : )
menunggu kereta di stasiun Senen

Begitu hari H tiba, kami start dari stasiun senen jam 10 malam dengan tujuan satu stasiun sebelum jogja (malioboro ) . Ketika tiba kurang lebih jam 6 pagi, lalu kami cari - cari informasi untuk ke Gunung Merbabu tidak dapat jawaban pasti, akhirnya kami putuskan beli tiket untuk turun di jogja. Tiba di jogja masih bingung, tanya sana sini kami harus ke terminal boyolali / beli tiket dengan keberangkatan di atas jam 9. kami berunding jika jam 9 baru mau jalan kita bisa kemalaman di jalan.
Akhirnya tanya sana sini bagaimana caranya bisa sampai selo, akhirnya dapatlah info untuk sampai selo ada transportasi ke sana langsung tapi 4 kali ganti angkutan. Akhirnya kami pilih option ini.

Pertama dari jogja tujuan kami ke arah Terminal Jombor Rp 5000/orang, dilanjutka naik mini bus lagi ke arah terminal Muntilan Rp 7.000/ orang, dari  Terminal Muntilan di lanjut mini bus lagi dan turun di Telatar dengan biaya Rp 7.000/ orang, dari telatar ke arah selo di lanjut dengan angkot. Dari sini biasanya ada calo angkot, kami di minta Rp 50.000/ orang. Akhirnya kami pilih berjalan kaki ke depan sedikit, biaya angkot pun menjadi Rp 20.000 / orang. Jaraknya lumayan jauh dari Telatar dan turun di Polsek.  1 - 2 km sebelum Polsek kita melewati arah basecamp yang bisa di lalui untuk ke basecamp Gunung Merapi.
Dari polsek ke Basecamp masih kurang lebih 1 - 1,5 km, bisanya pendaki melanjutkannya dengan ojek atau berjalan kaki. Berhubung si abang angkot baik hati' akhirnya kami di antar hingga basecamp selo.

Sampai di basecamp istirahat sebentar dan mengurus simaksi dan melengkapi jika ada logistik yang masih kurang. Jika ingin melengkapi perbekalan logistik baiknya ketika di jalan raya pas turun dekat polsek, karena yang di jual di basecamp masih terbatas. Saat ini konon simaksi via selo sudah Rp 12.500 / orang. Di basecamp kita sekalian mengisi perbekalan air secukupnya karena kita tidak akan menemui air lagi setelah melewati gapura pintu masuk hingga ke puncak.
Perjalanan via selo adalah track terpanjang dan membutuhkan waktu kuranglebih 8 - 10 jam, jadi manage dan gunakan secara bijak persediaan air kita.

Start pendakian 

Setelah siap kami mulai start karena informasi dari basecamp baiknya kita melakukan perjalanan siang atau target magrib harus sudah sampai pos batu tulis , karena pos1 dan pos 2 masih berupa hutan dan banyak jalan bercabang. jalur selo tidak di referensikan untuk di daki malam, kecuali sudah ada yang pernah tau kondisi jalan.
Trek awal kita akan melalui jalan setapak menemui hutan  dan sepanjang perjalanan kiri kanan kita selain di suguhi pemandangan hutan juga akan di suguhi bunga - bunga mekar di kiri kanan, jika kebetulan kalian melewatinya saat musimnya.

Kurang lebih 1 - 1,5 jam perjalanan kita akan sampai di pos 1. Pos ini hanya berupa lahan datar untuk beristirahat dan jarang di jadikan lahan camp karena masih berupa hutan dan sisa perjalanan masih jauh.

Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Perjalanan menuju pos 2 pun tak jauh beda dengan pos 1, tapi trek menuju pos 2 sesekali kita akan melipir melalui pinggiran jurang. Terkadang kita juga menemui jalan bercabang menuju tempat yang biasa untuk mengamati burung - burung, jalannya agak sedikit menurun. Di perjalanan juga kami melihat beberapa monyet melintas di atas pepohonan, abaikan saja mereka hanya lewat kok. Kemudian tak lama kita sampailah di pos 2, kurang lebih jam 17.30 kami sampai. Di pos 2 pun masih tertutup pepohonan, tapi di sini sudah ada satu sisi yang menampilkan pemandangan puncak Gunung Merapi, sambil istirahat di pos 2 ini kita sudah di suguhi view puncak gunung merapi. Perjalanan menuju pos 2 membutuhkan waktu 1 - 1,5 jam. 

Di pos 2 kami tak lama istirahat karena masih punya target untuk buka tenda di pos 3, karena menurut informasi dari pos 2 ke pos 3 hanya membutuhkan waktu 1 jam. Setelah kami berjalan 30 menit dan mulai gelap kami pun melakukan istirahat sejenak, mempersiapkan head lamp disebuah lahan yang agak datar, sempat memasak air untuk membuat kopi, karena kondisi mulai dingin .

Setelah di rasa cukup kami melanjutkan perjalanan malam di temani headlamp masing - masing, sempat ada sedikit cemas kami hanya bertiga menerobos di kegelapan, apa boleh buat karena jika berhenti disini kondisi nya masih tertutup semak dan pepohonan ya terpaksa kami lanjutkan.
Sempat bertemu pendaki yang sudah mendirikan tenda, ada 3 tenda dan mereka sedang asik membuat api unggun dan bernyanyi . Mereka menngajak kami bergabung dan segera membuka tenda karena sudah malam. Karena sudah tak begitu jauh pos 3, kami pun sepakat melanjutkan perjalanan dan pamit kepada mereka untuk mendirikan tenda di pos 3, karena kondisi jalannya pun sudah mulai jelas . Lebih kurang setelah isya kami sampai, dan kami putuskan untuk membuka tenda di sini.

Di pos 3 sudah ada beberapa tenda yang berdiri. Setelah selesai membuka tenda kami pun segera masuk karena kondisinya juga sudah mulai dingin. Tak banyak aktifitas yang di lakukan di dalam tenda, setelah masuk kami masak air untuk membuat kopi dan lainnya untuk menghangatkan badan dan masak nasi dan lauk pauknya untuk makan malam. Selesai makan kami pun langsung tidur karena kondisi badan pun sudah mulai berasa  capek dan ngantuk.
Paginya kami pun tak terlalu terburu - buru untuk summit karena puncak masih cukup jauh,kita masih harus melewati sabana I dan sabana II, yang membutuhkan waktu 3 - 4 jam lagi. Kami bangun jam 5 membuat kopi dan menikmati sunrise di pos 3.





Tak banyak ambil gambar, kamipun segera melakukan repacking untuk melanjutkan perjalanan. Setelah selesai repacking mengabadikan lagi deh beberapa foto hinga hari mulai terang.





Lokasi tenda
Di lokasi ini kita seperti berada di lokasi bukit yang di apit 2 bukit kecil dan satu sisi bukit yang menuju sabana 1. Dari sini pun jika kita sedikit naik ke atas salah satu bukit Gunung Merapi  dan gunung lainnya sudah cukup jelas terlihat.

Setelah cukup terang kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos 4 atau biasa juga di sebut Sabana I. Perjalanan menuju pos 4 / Sabana I cukup terjal, jika musim hujan mungkin akan licin. Kondisi treknya pun sudah mulai terbuka pepohonan tingginya paling hanya bunga edelweiss. Ya ! di gunung merbabu banyak pohon edelweiss - edelweiss yang tinggi, yang jarang kita temui di gunung - gunung lainnya, mungkin ada yang mencapai ketinggian 2 meter bahkan lebih. 
Tetapi meskipun menanjak dan mulai curam dari sini juga kita di suguhi pemandangan gunung Merapi yang gagah dan berdiri kokoh di belakang kita. 





Tepat camp kami di bawah sana semalem :)
Kurang lebih satu jam perjalanan santai sambil menikmati pemandangan kami tiba di pos 4 atau di sabana I. Sabana I merupakan tanah lapang yang cukup luas bisa menampung puluhan atau bahkan mungkin bisa sampai seratus tenda ( tidak semua tanahnya rata ).
Dari sini view sabana II dan puncak sudah cukup jelas. Beberapa gunung lainnya seperti semeru , sindoro, sumbing dan lainnya pun sudah nampak terlihat terutama tetangganya si Gunung Merapi.
Selain istirahat dan menikmati pemandangan, kami pun membongkar tas untuk masak nasi di sini.
Kurang lebih 2 jam yang kami habiskan bersantai di sabana II ini sebelum melanjutkan perjalanan.

Sabana I dengan background Sabana II


Dirasa cukup beristirahat dan bersantai di sini, kami repacking lagi untuk melanjutkan perjalanan.
Perjalananmenuju sabana II tidak begitu berat kita hanya melewati tanjakan bukit sabana I, waktu tempuhnya pun tidak sampai satu jam dari sabanaI menuju sabana II.



Di sabana II juga merupakan lahan datar yang di kelilingi bukit yang bisa menampung hingga puluhan tenda. Di sabana II kami pun sempat berhenti sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

hamparan sabana II

Bukit di sekitar sabana II
Berikutnya adalah tanjakan terakhir sebelum mencapai puncak triangulasi, Ya ! biasanya yang melakukan pendakian dari selo maka puncak yang akan di tuju adalah puncak triangulasi. Tanjakan ini tanjakan yang cukup curam panjang dan menguras tenaga, Butuh waktu sekitar 1 - 1,5 jam hingga mencapai puncak triangulasi. Tapi tak perlu khawatir backgroundnya tetap indah, hamparan sabana I dan kemegahan merapi.


Akhirnya puncak trianggulasi pun kami capai, beristirahat sejenak dan menikmati pemandangannya sebelum melanjutkan ke puncak tertinggi gunung merbabu ( puncak kenteng songo ). Di puncak trianggulasi berupa tanah datar dan berdebu yang tidak begitu luas.
Dari puncak trianggulasi ke Puncak kenteng songo tidak terlalu jauh, kurang lebih 15 menit perjalanan. Puncak kenteng songo pun luasnya hampir sama dengan puncak trianggulasi. Di sini pun kami berhenti sejenak dan berusaha mengabadikan momen berada di puncak tertinggi Merbabu 3145 mdpl.
Puncak trianngulasi


Puncak kenteng songo
Dari atas kenteng songo semua bukit dan arah jalan turun baik dari selo , wekas, dan lainnya cukup terlihat jelas. Jika cerah deretan gunung pun sterlihat juga, kami tak dapat melihat karena kondisi sudah tengah hari sehingga tertutup awan. Puncak Syarif pun dari sini terlihat, untuk sampai ke puncak syarif dari kenteng songo membutuhkan waktu 45 -  60 menit.





Perjalanan arah turun

Setelah puas kami melanjutkan perjalanan turun, tujuan kami adalah menuju wekas. Pertama jalan yang kami lalui adalah menuruni tebing bebatuan dengan bantuan tali yang sudah terpasang dan berpegangan pada akar. Melipir pada sisi tebing, Jalur ini yang biasa di sebut pendaki tanjakan setan.
Jadi jika anda naik dari wekas tanjakan ini adalah rintangan terakhir sebelum menggapai puncak tertinggi merbabu.
Setelahmelewatinya kita akan menemui trek yang lumayan berdebu apalagi jika rombongan, jadi persiapkan masker melewati jalur ini. Jalur ini berbanding terbalik dengan jalur selo.  Jika dari selo kita trek berupa tanah yang subur, jalur wekas trek di dominasi treknya berupa cadas.




Jalur turun searah dengan jalur menuju puncak syarif, Jika ingin melanjukan ke puncak syarif di pertigaan kita tinggal ambil arah lurus, jika ingin turun kita mengambil arah turun ke kiri menuju wekas. Kita akan menelusuri trek memanjang hingga bertemu pos helipad.

Jalur via wekas dan Puncak Syarif

Trek perjalanan via wekas

Setelah melewati pos helipad
Setelah melewati pos helipad kita akan menemui pertigaan lagi, Jika ambil jalan lurus dan sedikit menanjak yang ada menara pemancar adalah jalur ke kopeng, jika arah basecamp wekas kita mengambil jalan turun ke kiri dan mengikuti jalur. Tak lama sampailah kami di pos 2 wekas, di sini terdapat sumber air. Kami beristirahat agak lama dan mengisi air di sini. Di pos ini terdapat banyak pendaki yang mendirikan tenda.
Dari sini teman saya si fiki dan dery kembali membuka tenda untuk bermalam disini melanjutkan liburannya untuk ke parangtritis esok hari, sedangkan saya harus pulang karena esok lusa sudah harus di jakarta sedangkan tiket pulang belum punya. Akhirnya saya putuskan pulang sendiri di temani sunset indah sepanjang perjalanan.


Di tengah perjalanan saya bertemu rombongan dari depok dan mengajak saya untuk bergabung dengan rombongan mereka. Salah satunya adalah Fico cocacola, dia salah satu komedian di stand up comedy. dengan badannya yang lumayan berat dan pendakian pertamanya dia berhasil menggapai atap merbabu, selamat kawan. Kami semua tiba di basecamp wekas selepas magrib, lalu kemuadian membersihkan diri di basecamp serta membeli cindera mata di basecam berupa sticker dan lainnya.
Di basecamp wekas banyak pendaki yang sudah siap melakukan pendakian malam, mungkin mengurangi rasa lelah tidak seperti stamina yang di butuhkan di siang hari. Memang jalur wekas ini cukup jelas jalurnya, jd dari arah wekas menurut informasinya sih memang cukup banyak yang melakukan pendakian malam hari.
Waktu tempuh perjalanan turun dari puncak kenteng songo hingga basecamp wekas membutuhkan waktu lebih kurang 4 - 5 jam perjalanan.
Di basecamp kami semua sempat ditraktir semangkuk indom*e telor oleh Fico. Karena kondisi malam mereka pun memberikan tumpangan pada saya sampai ke terminal jombor. Rombongan mereka menuju penginapan di Jogja.

Disini cerita saya meleset dari perkiraan. Sampai di terminal jombor tidak ada bis lagi menuju jakarta karena sudah jam 10 malam, akhirnya saya putuskan naik ojek Rp 15.000 dan menghabiskan malam di malioboro hingga jam 4 pagi, karena kebetulan malam minggu jadi kondisi jalan malioboro dan sekitarnya pun cukup ramai.
Jam 4 saya menuju stasiun dan mencoba siapa tau masih ada tiket kereta bisnis untuk tujuan jakarta /  bandung. Eh tiket yang tersisa hanya tujuan bandung itupun tinngal 5 kursi, tapi loket di buka pagi jam 6.30. Baru jam 5.30 tiket sudah habis. Ya akhirnya balik lagi kejalan malioboro deh cari sarapan.
 Tanya sana sini akhirnya saya di suruh ke terminal giwangan naik trans jogja, akhirnya saya putuskan kesana. Sampai sana tanya sana sini lalu saya di bawa oeh calo ke tempat membeli tiket bus, Dia menawarkan paket travel jika ingin cepat, tp adanya jam 10 - 11 dengan tarif Rp 220.000 dan saya iyakan karena perhitungan saya bisa tengah malam sampai jakarta. Saya menunggu hampir 3 jam dia berkelit katanya travel tidak jadi dan saya akan dititipkan ke tujuan sumatra via lebak bulus. Karena saya keburu kesal merasa di bohongi dan tidak ada basa basi jika di titipkan ke bus yang tujuan sumatra harusnya saya di kenakan tarif bus, bukan tarif travel. Akhirnya saya lapor saja ke pos polisi yang ada di terminal dan mengadukannya. Pak polisi akhirnya menyuruh salah satu calo dan memanggilnnya, dia di marahi dan pak polisi memberi keputusannya ke pada saya untuk membatalkan atau melanjutkannya tapi sesuai tarif bus bukan travel. Karena saya sudah beradu mlut sebelumnya dengan si pengelola tiket sebelum ke kantor polisi sampai jadi tontonan akhirnya saya batalkan dia mengembalikan uang tapi yang 10% nya tidak kembali.
Akhirnya saya kembali ke terminal jombor dan beli tiket bus di sana dengan keberangkatan jam 3 sore.
Menurut informasi sih biasanya sampai jakarta jam 4 atau jam 5 pagi kalo tidak ada kendala. Ah fikir saya pengalaman dari dieng terulang sampai jakarta langsung kerja, tapi ya sudahlah.
Ternyata perkiraan saya pun kembali meleset, tiba di jakarta jam 6.30 jadi' ya nambah deh jatah liburnya : )

Tips *
* Jika jalur selo usahakan pendakian sepagi mungkin, paling telat setelah dzuhur sehingga kita bisa punya target bermalam di Sabana I  / II agar mendapatkan view sunset yang indah sekaligus summit yang membutukan waktu kurang lebi 2 jam menuju puncak. Jangan melakukannya terlalu sore / malam kecuali ada yang benar - benar tahu kondisi jalur
  Jika dari wekas perjalanan yang di butuhkan sih lebih pendek 1 - 2 jam dari selo menuju puncak. Memang banyak yang mendaki di malam hari, tapi baiknya jika belum tahu jalur cukup sampai pos 2, di khawatirkan nanti kita nyasar malah ambil arah turun ke kopeng / chuntel apalagi jika melewati tanjakan setan, terlalu beresiko jika di daki malam.
* Ada baiknya juga tidak membuka tenda di puncak, di khawatirkan angin kencang apalagi jika kondisi hujan lebat,tenda bisa terbang karena tidak ada penghalang angin
* Untuk pendakian selo perhitungkan dengan matang persediaan air, karena tidak akan menemukan air lagi hingga di puncak. Beda dengan jalur wekas kita masih dapat menjumpai sumber air di pos 2
* Untuk yang ada di kota besar jika melakukan perjalanan jauh baiknya sih persiapkan tiket pulang pergi lebih dahulu jangan sampai seperti saya harus berebut dengan waktu, kecuali sih kita tidak punya jam kantor. baiknya juga waktu yang lebih pasti menggunakan transportasi kereta api.
* kondisi merbabu mayoritas medan terbuka, yang sayang kulitnya terbakar persiapkan sunblock.
* Jangan lupa sampahnya di bawa turun. 

Jumat, 19 Februari 2016

Kawah kamojang sensasi bagi yang Ingin menikmati deburan kawah atau pengobatan alternatif penyakit kulit



   Keunikan tempat wisata kali ini biasanya adalah rasa penasaran pengunjung yang ingin melihat dan mendengarkan langsung deburan kawah yang mengelurkan bunyi seperti kereta api atau yang ingin mandi sauna di Kawah manuk yang di percaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.
Kawah kamojang" yang berada di Kampung Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Karena letak geografisnya yang berdekatan dengan kabupaten Garut, di karenakan akses jalan yang bagusnya  dan mayoritas pengunjung menempuh ke lokasi kawah dari kabupaten Garut, maka banyak mengira kawasan wisata ini berada di kabupaten Garut.
Kawah kamojang selain tempat rekreasi juga salah satu sumber energi panas bumi  yang sudah di kelola sejak jaman penjajahan, dan kini kawah kamojang di kelola PT Pertamina dan PT Indonesia Power (anak cabang PLN) sebagai pembangkit listrik untuk pasokan pulau Jawa dan Bali.
Kawah kamojang merupakan energi sumber panas bumi pertama yang di mamfaatkan sebagai pembangkit listrik di Indonesia. Karena itu jika kita berkunjung kesini kita akan melihat banyak pipa - pipa besar yang menyalurkan panas bumi ke generator untuk menghasilkan energi listrik.

    Akses menuju kawasan wisata kamojang biasa di tempuh melalui 2 jalur ;
  • Dari bandung' tepatnya dari Majalaya, Rute ini memang tidak terlalu jauh, kurang lebih berjarak 18 km dari alun - alun majalaya. Akan tetapi, kondisi jalannya rusak ditambah tanjakan dan turnannya yang panjang serta tikungan - tikungan curam. Baiknya untuk akses dari sini menggunakan mobil off road / motor cross.
  • Dari Garut, saya pilih jalur ini, memang jaraknya agak sedikit jauh' kurang lebih 27 km dari kota garut, akan tetapi kondisi jalan hingga sampai tujuan mulus beraspal

    Dari arah Garut kita ambil ke arah Samarang, setelah melewati pasar Samarang belok kanan searah dengan wisata / hotel Sampireun, lalu kita tinggal ikuti jalan hingga ke kawah kamojang. Di sepanjang jalan kita bisa melihat pemandangan kebun sayuran milik penduduk. Ketika melewati ketinggian kita bisa menghentikan perjalanan sesaat untuk menikmati hamparan hutan - hutan pinus. Mendekati tujuan kita akan melihat banyak pipa - pipa besar di sepanjang jalan, kia juga akan melewati rangkaian 2 pipa besar yang menunjukan arah ke danau Ciharus, Rangkaian pipa yang memanjang seperti jembatan ini biasanya merupakan titik akhir para pendaki yang mendaki Gunung Rakutak yang memulai start dari Bandung dan turun di Garut.
"suatu saat kita test rute ini :) "


Setelah memasuki kawasan kita akan melihat pipa - pipa dan genset besar, dari sini telitilah dan lihatlah petunjuk menuju kawasan kawah kamojang, daripada nanti berputar - putar. Petunjuknya sih cukup jelas dan biasanya yang bukan ke jalur kawasan jalannya berportal.
Sebelum gerbang masuk kawasan kita juga melewatu perumahan karyawan / penduduk sekitar, selanjutnya di gerbang masuk kita akan di mintai restribusi Rp 5.000 " infonya saat ini sih sudah Rp 10.000/ orang. Fasilitasnya sudah cukup lengkap, dari toilet, parkiran untuk mobil dan motor, warung - warung dan lain sebagainya. Di area sekitar juga sudah terdapat fasilitas camping ground bagi yang ingin mendirikan tenda.
Sebelum sampai ke lahan parkir kita akan menjumpai kawah manuk persis di samping jalan. Beberapa puluh meter ke tengah ada lagi sebuah kawah yang di kelilingi pagar besi yang menjadi ikon dari kawah kamojang yaitu Kawah kereta api. Di namakan kawah kereta api karena semburan asap dan bunyinya mirip suara kereta api, dan berikutnya ada kawah lagi yang dipagar dengan batangan pohon.

Kawah manuk

Kawah kereta api


   Sedikit menaiki anak tangga kita akan menjumpai ' Kawah hujan ". Kawah ini juga cukup familiar dan sering dijadikan tempat sauna oleh pengunjung. Kawah hujan yang mengeluarkan asap belerang ini di yakini mampu mengobati berbagai penyakit kulit, makanya banyak pengunjung melakukan mandi sauna di kawah hujan ini. Selain kawah yang di sebutkan tadi masih banyak kawah - kawah lainnya yang tersebar di area ini.
Kawah hujan


  Baiknya jika berkunjung kemari menggunakan kendaraan pribadi, karena belum ada trayeknya hingga ke kawah. paling jika kita ingin menggunakan angkutan umum kita harus mencarter angkutan pedesaan dari pasar samarang hingga ke lokasi untuk pulang pergi.