Minggu, 13 Desember 2015

Hamparan gugusan batu di gunung Lingga ratu

 " Lain ladang lain belalang lain gunung lain pula sensasinya "
   Biasanya gunung ini sih hanya di lewati saja kalau pulang kampung, hingga suatu saat rasa penasaran muncul untuk mencobanya. Ya akhirnya memberanikan dirilah untuk melihat hamparan - hamparan batu yang ada di puncaknya. Tak ada yang bisa di ajak 'akhirnya ya sudah pergi sendiri. 

   Lingga ratu sendiri memiliki makna gugusan/hamparan batu " Lingga berarti batu dan Ratu yang berarti gugusan/hamparan"  Oleh karena itu di Makam Linggaratu banyak terdapat gugusan/ hamparan batu-batu besar yang tersusun unik dan berbentuk tumpukan batu-batu besar yang menjulang tinggi dan menarik.



    Atau dalam arti lain " Lingga itu merupakan ciri / simbol lelaki , jika simbol wanita  itu " yoni "dan ratu bisa berarti raja " oleh karena itu juga gugusan batu sebagian besar mirip simbol kejantanan lelaki dan besar - besar di antara lingga - lingga yang ada di indonesia  terutama gugusan batu yang paling tinggi dan terpisah .
batu lingga tertinggi dan terpisah dari gugusan lain


   Tak banyak yang mengetahui keberadaan bukit / gunung ini baik dikalangan pendaki asal garut ataupun pendaki di luar kota Garut. Mungkin tertutupi dengan nama besar Gunung Papandayan, Guntur, cikuray ," PaGuCi " , Talaga bodas, air panas Darajat, dan lain sebagainya. Gunung / bukit lingga belum termasuk kawasan wisata, jadi untuk mendapatkan informasinya masih minim, meskipun aksesnya cukup mudah.
Lebih dominan yang mengunjungi lingga ratu ini kebanyakan untuk berziarah, karena tepat di awal hutan pinus terdapat sebuah makam keramat yang di kelilingi pagar kayu. Konon merupakan makam Prabu kingking , beliau nenek moyang dan penyebar agama islam di bukit ini. Ada kabar lainnya yang menyebutkan makam jalak harupat " panglima perang prabu kiansantang. Makam ini di perkirakan lebih dari 13 abad. Wallahu alam.... tetapi di makam ini juga kadang di jaga oleh kuncen yang merawat makam.

     Lingga ratu terletak di kampung babakan sukasirna, desa sindang palay kecamatan karang pawitan - Garut. Untuk sampai ke lingga ratu paling mudah jika kita dari terminal Garut naik angkot jurusan cibatu atau Wanaraja  Rp 5.000 turun di pangkalan ojek sindang palay / lawang maung lebih familiar, karena di pangkalan ojek ini terdapat patung macan. Di lanjutkan dengan ojek Rp 10.000 kurang lebih 2 km menanjak hingga kampung terakhir.
Bilang saja ke tukang ojeknya mau ke lingga ratu nanti dia akan menurunkan di sebuah plang yang menunjukan jalan setapak ke lingga ratu. Waktu saya kesana kondisi jalannya sudah tertutup ilalang, jadi terpaksa saya ambil jalan sedikit melipir melewati kebun penduduk. Karena mayoritas pengunjungnya merupakan wisatawan yang memiliki minat sangat terspesialisasi, yaitu mereka yang secara rutin melakukan wisata ziarah' belum lagi kurangnya kepedulian dari masyarakat sekitar jadi ya kondisi jalan lebih seringnya tertutup semak / ilalang. Fasilitas penunjang lainnya pun seperti pos / selter belum ada sama sekali.

   Begitu memasuki hutan pinus kita akan menemui makam keramat yang di kelilingi pagar bambu di sebelah kanan. Karena niat saya bukan untuk ziarah, saya lewati saja makam ini.
Kondisi jalan setelah makam saya juga melipir sedikit, kondisi jalan agak tertutup rumput tapi masih jelas, sesekali kita akan menemui pohon tumbang bahkan menghalangi jalur. Lama kelamaan akan melewati hutan pinus kembali, dan sepertinya sudah separuh perjalanan . Kondisi waktu itu masih di selimuti kabut , padahal sudah menunjukan jam 6.30 . Saya start dari pangkalan ojek jam 5.30.



    Trek berikutnya melewati jalan setapak berupa punggungan dengan jurang di sebelah kanan dan kiri jalan hingga kita menemui gugusan - gugusan batu. Sampai di gugusan batu kurang lebih jam 7.30 . Jika cuaca cerah kota garut pun konon terlihat jelas .
Kondisi meskipun sudah siang matahari tak terlihat karena kabut masih tebal di sertai hembusan angin kencang membawa embun dan bunyi desiran, jika menerpa pepohonan maka ada air berjatuhan di bawahnya seperti hujan. Hmm... terbayang deh sunyinya alam kalo sendirian .Sempat bersantai sesaat hingga tersadar jaket pun basah. Akhirnya saya pun turun ke bawah.




     Untuk turun ada tangga yang mungkin di buat oleh penduduk setempat untuk turun. Dari bawah tampak jelas batu - batu ini menjulang.




   Lokasi di bawah terdapat beberapa space untuk mendirikan tenda, selain lahannya cukup datar batu juga bisa melindungi dari terpaan angin. terlihat ada sisa - sisa pembakaran api unggun . Jika berencana berkemah sediakan perbekalan air yang cukup, karena menuju sumber air lumayan jauh turun ke bawah. 


   Jika berencana ke sini baiknya tidak sendirian, karena masih jarang pengunjung. Binatang lainnya yang sering terlihat ;  babi hutan, monyet, burung dan lain - lain. Waktu tempuh perjalanan 1,5 - 2 jam . Jadi jika agan - agan ingin mencoba suasana baru / tantangan baru, bolehlah sesekali mencoba keasrian gunung yang satu ini, sekalian uji nyali haha.... Tapi ingat jaga dan rawat kebersihannya terutama vandalisme seperti yang sudah banyak tergores di batu - batu.

1 komentar: